TANJUNGPINANG – (16/4)Tidak terasa beberapa bulan lagi kita akan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Ramadhan bulan yang ditunggu bukan? Pada bulan ini balasan dan pahala dilipat gandakan Allah SWT. Itu sebabnya begitu banyak orang bersemangat melakukan banyak amalan ibadah pada bulan ini. Mereka berlomba untuk bershodaqoh, berlomba untuk mengisi hari-hari dengan kegiatan bermanfaat, berlomba berbuat baik, berlomba memakmurkan masjid.
Tapi, apakah semangat orang dewasa ini juga dapat dirasakan anak-anak? Tentu saja. Dan coba lakukan beberapa hal berikut agar anak juga merasa semakin berkesan dengan Ramadhan. Menurut salah satu sumber yakni Eva mengatakan “ ada beberapa cara agar ramadhan berkesan bagi anak yaitu:
1. Sebelum ramadhan, buat kajian di rumah tentang Ramadhan. Beberapa pekan sebelum Ramadhan masukkan ini sebagai bahan diskusi, dongeng, cerita, obrolan bersama anak di sela-sela makan, sebelum tidur, bangun tidur, saat di kendaraan. semakin sering dibicarakan, semakin topik ini diangkat semakin anak ngeh dengan Ramadhan.
2. Jika diinginkan, nah saat inilah sebenarnya tepatnya anak-anak boleh mendapatkan kesempatan membeli perlengkapan ibadah yang baru, untuk men-charge semangat mereka. Beli sajadah baru, sarung baru, peci baru, mukena baru.
3. Boleh membuat seremoni-seremoni menyambut Ramadhan seperti pawai Ramadhan, dll. Tetapi jika tidak memiliki kesempatan kegiatan se-crowded itu, boleh persiapkan bersama keluarga. Membuat kupat dari pita, tulisan-tulisan yang ditempel di rumah dan lain-lain.
4. Satu pekan sekali boleh untuk melakukan 'tarawih' keliling ke masjid-masjid di wilayah kita yang tak terlalu jauh. Mungkin bisa masjid yang lebih besar, masjid yang lebih bagus, masjid yang lebih rame daripada masjid yang dikomplek kita. Biarkan anak-anak yang mengusulkan dan melakukan negosiasi. Masjid mana saja yang mau dikunjungi.
5. Di penghujung Ramadhan rencanakan kegiatan iktikaf yang seru bersama keluarga dan anak-anak. Persiapkan sebaik mungkin sehingga tidak terlalu kerepotan.
6. Tidur jangan terlalu larut. Sehabis Tarawih sebaiknya langsung cepat melakukan persiapan tidur, agar anak-anak dapat dibangunkan sahur lebih nyaman. Kurang tidur menyebabkan anak bisa juga menjadi tak bersemangat untuk sahur.
7. Membangun sahur anak memang tantangan semua orangtua, apalagi anak-anak di bawah 12 tahun. Bangunkan anak sahur kira-kira 45 menit sebelum Adzan, jangan terlalu malam, karena bisa mengakibatkan anak punya jeda waktu yang terlalu lama menunggu sholat subuh yang berakibat sholat subuh justru bisa ketinggalan. Orangtua boleh bangun duluan, tapi anak-anak bangun boleh belakangan. Ingat, mengakhirkan sahur adalah sunnah Rasulullah. 45 Menit ini terdiri dari 15 menit persiapan untuk makan anak dan 30 menit prosesi makan. 15 menit ini sebagai warming up! Boleh melakukan kegiatan yang menyenangkan selama 15 menit pertama. Bermain kembang api, membunyikan musik kesukaaan anak keras-keras, membunyikan murottal Qur'an, mengajak anak bermain dan lain-lain.
8. Sebagaimana sholat, usia ideal melatih anak shaum pada anak adalah usia 7 tahun. Paling cepat usia 6 tahun. Tetapi anak dibawahnya juga boleh dikenalkan (bukan dilatih!). Itu pun bertahap. Jika anak yang 7 tahun kuat shaum langsung 1 hari tentu adalah bagus. Tetapi untuk permulaan bisa dilakukan bertahap. Sahurnya tetap sebelum subuh tetapi waktu berbukanya yang bertahap.
Sekali lagi ini hanya opsi, bisa jadi anak-anak 7 tahun sudah banyak yang sudah puasa penuh. Sebagian mungkin sudah bisa shaum penuh karena mereka ikut-ikut 'mengejar' balasan pahala berlipat dari Allah. Sebagian lain dari mereka malah senang tidak makan, karena selama hari biasa prosesi makan kadang menjadi proses penuh tekanan atau dipaksa makan jadi mereka begitu senang melaksanakan shaum.
9. Semua anak saat berbuka sebenarnya akan senang sekali makan, meski dengan makanan seadanya sekalipun. Ada sebagian orangtua demi membuat anaknya semangat shaum lalu menghidangkan berbagai masakan istimewa yang kadang lebih mewah dari hari biasanya. Boleh tak setuju, bagi saya sebenarnya ini tidak tepat, sebab ini adalah pendidikan yang justru menjauhkan anak dari hakikat shaum itu sendiri. Ketika kita menghidangkan makanan lebih mewah, lebih banyak, lebih enak dari hari biasanya, maka yang terjadi sebenarnya kita tengah mendidik anak kita dengan pendidikan keserakahan dan memuliakan kepentingan perut. Berbuka cukup dengan beberapa kurma atau satu kue kecil ditemani minuman manis. Lalu makan besar setelah maghrib dengan makanan yang sederhana apapun, anak-anak akan lahap memakannya, sebab mereka dalam keadaan lapar.
Ini akan membuat anak kita terlatih dari kecil bahwa saat Ramadhan kepentingan perut kita kendalikan, kita rendahkan. Pengeluaran rumah tangga saat Ramadhan akan terbawa sampai anak ini dewasa, akan lebih rendah dari hari biasa. Bukan malah sebaliknya, beberapa kali lipat dari hari biasa.
10. Boleh menghadiahkan anak dengan hadiah-hadiah tertentu jika tamat shaum sekain hari pada anak. Tetapi untuk anak-anak mulai usia 9 tahun sebaiknya prosesi ini sedikit demi sedikit ditiadakan sehingga anak-anak benar-benar dicoba dilatih memaknai shaum bukan karena hadiah tetapi karena meyakini shaum adalah perintah Allah dan mereka akan mendapatkan latihan 'menta' saat shaum dari Allah: menahan lapar, menahan marah, menahan sifat-sifat dan perilaku buruk saat Ramadhan.
(Rumiyati B.8)
(Rumiyati B.8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar